GIZI SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN
Istiana Kusumastuti
Daur kehidupan manusia melibatkan pertumbuhan dan perkembangan, dimulai dari pembentukan embrio hingga menjadi manusia dewasa. Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel, sedangkan perkembangan melibatkan peningkatan fungsi sel, jaringan, dan organ tubuh. Kedua proses ini terjadi secara bersamaan dan menjadi satu kesatuan dalam setiap tahapan daur kehidupan manusia.
Kebutuhan gizi berkaitan dengan proses tubuh yang penting untuk memilih makanan yang baik agar tubuh mendapatkan semua zat gizi yang dibutuhkan. Ada 3 fungsi zat gizi dalam tubuh, yaitu memberi energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta mengatur proses tubuh. Karbohidrat, lemak, dan protein memberikan energi, sementara protein, mineral, dan air diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Protein, mineral, air, dan vitamin juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh dan proses-proses oksidasi.
Gizi penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan mencegah masalah kesehatan. Kurangnya asupan gizi dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Kurang gizi dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan anak, produksi energi, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, serta perilaku. Sementara itu, kelebihan gizi dapat menyebabkan kegemukan dan berbagai penyakit degeneratif. Gizi yang seimbang sangat penting untuk menjaga kesehatan.
Kehamilan adalah masa kritis di mana gizi ibu yang baik sangat penting untuk kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil harus memenuhi kebutuhan gizi untuk dirinya dan janin yang dikandungnya. Risiko komplikasi kehamilan rendah jika pertambahan berat badan sebelum melahirkan memadai. Kecukupan gizi ibu selama kehamilan berpengaruh besar pada tumbuh kembang anak. Kekurangan gizi pada masa kehamilan dapat menyebabkan kerusakan pada kesehatan dan perkembangan anak. Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat selama kehamilan, termasuk energi, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Angka kecukupan gizi rata-rata dianjurkan untuk ibu hamil usia 19-29 tahun dan 30-49 tahun.
Ibu hamil, remaja putri, dan bayi hingga usia 2 tahun termasuk dalam kelompok kritis tumbuh-kembang manusia. Penting bagi ibu hamil untuk memahami dan mempraktikkan pola hidup sehat bergizi seimbang untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup. Asupan karbohidrat, protein, dan lemak yang seimbang sangat penting untuk perkembangan janin dan pertumbuhan awal pasca lahir. Kebutuhan zat gizi tersebut harus dipenuhi melalui makanan yang mengandung sumber energi yang baik, protein hewani dan nabati, serta asam lemak omega-3 DHA.
Perhatikan proporsi asam lemak dalam makanan untuk mendapatkan manfaat yang optimal. Ibu hamil membutuhkan tambahan vitamin dan mineral untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin. Asupan vitamin seperti A, B, C, dan D penting untuk kesehatan sel dan jaringan janin, serta metabolisme energi. Sementara itu, mineral seperti besi, yodium, seng, dan kalsium dibutuhkan untuk proses metabolisme tubuh, pembentukan sel darah merah, pertumbuhan, dan kesehatan tulang. Air juga sangat penting untuk ibu hamil, dengan disarankan untuk meningkatkan asupan cairan sebanyak 500 ml per hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang lebih tinggi selama kehamilan.
Suplementasi zat gizi seperti zat besi, asam folat, dan kalsium diperlukan oleh ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang tidak bisa didapat hanya dari makanan sehari-hari. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil dan berisiko mengganggu perkembangan janin. Asam folat penting untuk mencegah kelainan pada janin seperti neural tube defect, sedangkan kalsium diperlukan untuk pembentukan tulang dan sel-sel tubuh. Kebutuhan zat gizi ini harus dipenuhi dengan baik melalui konsumsi makanan sumber zat besi, asam folat, dan kalsium yang cukup selama kehamilan.
Pola Hidup Bersih dan Sehat selama kehamilan sangat penting untuk kesehatan ibu dan bayi. Ibu hamil perlu menjaga kebersihan tubuh, cukup tidur, mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), dan menghindari merokok, narkoba, dan alkohol. Menjaga kebersihan tubuh melibatkan mandi dua kali sehari dan menjaga kebersihan vagina. Ibu hamil juga perlu mencari cara agar dapat tidur nyaman. Imunisasi TT perlu diberikan sebanyak dua kali dengan jarak satu bulan sebelum persalinan. Merokok, menggunakan narkoba, dan mengonsumsi alkohol selama kehamilan dapat menyebabkan berbagai risiko yang berbahaya bagi kesehatan ibu dan bayi.
Gizi Lansia
Seseorang dianggap lansia ketika mencapai usia di atas 55 tahun, dan pada masa transisi ini terjadi penurunan fungsi organ dan jaringan. Penuaan adalah proses alami yang mengubah struktur dan fungsi jaringan, sehingga mempengaruhi kualitas hidup Penuaan ditandai dengan hilangnya otot, densitas tulang, dan penurunan fungsi organ serta jaringan tubuh seperti jantung, otak, ginjal, hati, dan saraf. Masalah gizi dan kesehatan pada lansia terkait dengan penurunan fungsi organ dan jaringan, meliputi:
- Organ Pengindera: Penurunan fungsi indera seperti mata, hidung, telinga, peraba, dan pengecap, mengurangi nafsu makan dan sensitivitas terhadap rasa.
- Organ Pencernaan: Melemahnya sistem enzim, hormon, dan otot pencernaan membuat lansia memerlukan makanan yang lebih lembut dan citarasa tidak tajam.
- Tulang dan Gigi: Penurunan kepadatan tulang dan rapuhnya gigi menyebabkan risiko osteoporosis dan memerlukan makanan bertekstur lembut.
- Rambut dan Kulit: Rambut menjadi beruban dan rontok, kulit menjadi keriput, kering, dan muncul bintik hitam.
- Jantung dan Pembuluh Darah: Melemahnya otot jantung dan elastisitas pembuluh darah dapat menyebabkan masalah kardiovaskular.
- Pernapasan: Elastisitas paru-paru berkurang, mengurangi kemampuan menyesuaikan dengan aktivitas fisik dan menyebabkan napas ngos-ngosan saat berolahraga.
Selain perubahan fisik, lansia juga mengalami penurunan kemampuan fisik yang ditandai dengan mudah lelah, gerakan lebih lambat, dan penurunan imunitas sehingga lebih sering sakit. Khusus bagi perempuan, terjadi menopause. Penurunan aktivitas fisik tanpa diimbangi penurunan konsumsi makanan menyebabkan kegemukan. Perubahan-perubahan ini membuat lansia rentan terhadap masalah gizi dan berbagai penyakit seperti:
- Kegemukan: Penurunan aktivitas fisik tanpa perubahan pola makan.
- Terlalu Kurus: Pola makan ketat menyebabkan kekurangan asupan nutrisi, nafsu makan menurun, dan masalah gigi.
- Anemia Gizi: Rendahnya asupan zat besi dan vitamin (B12, C, dan asam folat) menyebabkan anemia pada 6 dari 10 lansia.
- Sembelit: Berkurangnya aktivitas fisik, asupan serat dan cairan, stres, serta konsumsi obat-obatan.
- Penyakit Degeneratif: Menurunnya fungsi organ dan meningkatnya oksidan memicu hipertensi, diabetes, asam urat, gangguan ginjal, kanker, dan dimensia.
- Osteoporosis: Penurunan kepadatan tulang terkait pertumbuhan masa janin hingga dewasa, tidak bisa diatasi hanya dengan satu jenis makanan atau zat gizi.
Mempertimbangkan keunikan dan masalah lansia, kebutuhan gizi lansia berbeda dari orang dewasa. Umumnya, kebutuhan energi menurun, tetapi kebutuhan beberapa vitamin dan mineral meningkat. Kebutuhan gizi lansia laki-laki berbeda dari perempuan. Dengan bertambahnya usia, kebutuhan gizi semakin berkurang, sehingga dikelompokkan berdasarkan usia (50—64 dan 65 ke atas) serta jenis kelamin.
Prinsip Gizi Seimbang untuk Lansia:
Variasi Makanan:
- Batasi makanan berlemak, manis, dan tepung-tepungan: Kebutuhan energi menurun seiring usia, sehingga konsumsi makanan ini perlu dibatasi untuk mengurangi risiko penyakit metabolik.
- Batasi makanan berlemak: Hindari asam lemak jenuh dan trans, seperti makanan yang digoreng atau mengandung banyak mentega.
- Batasi makanan manis: Kurangi konsumsi gula, seperti kue dan minuman manis.
- Batasi makanan tepung-tepungan: Hindari mi, roti, dan biskuit.
- Batasi asupan lemak: Maksimal 20% kebutuhan energi, yaitu 35 g/hari untuk perempuan dan 45 g/hari untuk laki-laki.
- Batasi makanan tinggi purin: Hindari jeroan, ikan laut, dan seafood untuk mengurangi risiko asam urat.
- Perbanyak buah dan sayuran segar: Sumber vitamin, mineral, dan serat alami yang penting untuk kesehatan.
- Minum air putih yang cukup: Lansia memerlukan 1,6-2,25 liter air per hari untuk menghindari dehidrasi.
- Batasi garam: Hindari konsumsi garam berlebih untuk mencegah hipertensi.
- Pilih tekstur dan citarasa makanan netral: Hindari makanan keras dan bercitarasa tajam.
Pola Hidup Bersih dan Sehat:
Perhatikan kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah infeksi karena imunitas menurun.
Aktivitas Fisik:
- Lakukan aktivitas fisik rutin seperti jalan pagi, bersepeda, berkebun, atau senam lansia untuk menjaga kesehatan jantung dan otot.
- Disarankan olahraga 2x30 menit/hari, minimal 3 hari seminggu.
Pemantauan Berat Badan Sehat:
Kendalikan berat badan dengan pola makan bergizi seimbang dan cukup aktivitas fisik untuk mencegah kegemukan.
Gizi Bayi dan Ibu Menyusui
Pertumbuhan dan perkembangan bayi terjadi dengan cepat, dimulai dari janin dalam rahim hingga menjadi anak kecil yang belajar berjalan. Periode ini sangat penting karena membentuk pola perilaku dan ekspresi emosi. Asupan gizi, terutama melalui ASI, memainkan peran kunci dalam proses tumbuh kembang bayi. Periode menyusui juga penting bagi hubungan emosional antara ibu dan bayi. Penting bagi ibu menyusui untuk memperhatikan asupan makanannya agar kualitas ASI tetap baik.
Gizi Bayi
Masa bayi adalah periode di mana pertumbuhan dan perubahan fisik maupun psikologis berlangsung pesat. Bayi mulai mengurangi ketergantungan pada orang lain karena kemampuan pengendalian tubuh yang semakin baik. Pengelolaan makanan yang baik diperlukan untuk tumbuh kembang optimal. Bayi adalah anak usia 0-1 tahun yang baru dilahirkan. Perkembangan fisik bayi melibatkan penyesuaian suhu, pemapasan, menghisap, menelan, dan pembuangan. Perkembangan kognitif bayi berkaitan dengan pengertian dan pemikiran sensorik motorik. Perkembangan psikososial bayi melibatkan emosi seperti senang, marah, dan takut.
Masalah gizi pada bayi dapat berupa alergi terhadap makanan tertentu seperti kacang-kacangan, mentega, telur, susu sapi, dan kacang-kacangan. Bayi yang alergi terhadap susu sapi dapat diberikan susu kedelai. Selain itu, obesitas pada bayi juga perlu diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko obesitas pada masa pubertas dan dewasa. Karies gigi juga menjadi masalah gizi pada bayi yang disebabkan oleh konsumsi ASI, susu formula, atau makanan pendamping. Diare sering terjadi pada bayi akibat infeksi saluran cerna, yang dapat menyebabkan dehidrasi. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) juga perlu diwaspadai karena dapat memengaruhi tingkat intelegensia anak dan proses tumbuh kembangnya. Penyebab GAKY antara lain kurangnya asupan yodium, tingginya konsumsi makanan goitrogenik, air minum kotor, dan faktor genetik.
Bayi memiliki kebutuhan gizi yang besar untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Selama 6 bulan pertama, ASI sudah mencukupi kebutuhan gizi bayi. Namun, setelah usia 6 bulan, bayi perlu dikenalkan dengan makanan tambahan seperti Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan energi bayi adalah 100-110 Kkal/kgBB/hr, dengan 50% digunakan untuk metabolisme basal. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan jaringan tubuh, sedangkan lemak berperan dalam penyediaan energi dan penyerapan vitamin. Karbohidrat juga penting untuk energi dan pertumbuhan bayi. Zat gizi mikro seperti vitamin D dan K perlu diperhatikan untuk memastikan bayi mendapatkan asupan yang cukup. Jika bayi tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup dari ASI, suplementasi mungkin diperlukan.
Prinsip Memberi Makan Bayi
Pemberian makanan pada bayi penting untuk kesehatan dan tumbuh kembangnya. Makanan yang tepat dapat mencegah malnutrisi dan risiko masalah enteral serta infeksi.
- ASI: Makanan terbaik untuk bayi baru lahir karena memiliki keunggulan gizi, daya kekebalan, psikologi, dan ekonomi.
- Manfaat ASI bagi Bayi: Mengandung gizi yang sesuai, zat protektif, dan tidak menimbulkan alergi. Memberikan efek psikologis yang menguntungkan dan mengurangi risiko obesitas, karies dentis, dan maloklusi.
- Manfaat ASI bagi Ibu: Merangsang produksi oksitosin yang membantu involusi uterus dan mencegah perdarahan post partum. Menunda haid, mengurangi risiko anemia dan karsinoma mammae, serta bertindak sebagai KB alami.
- Manfaat ASI bagi Keluarga: Menghemat biaya dan jarang menyebabkan bayi sakit. Menyusui praktis dan mendukung kesejahteraan keluarga.
- Manfaat ASI bagi Negara: Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, mengurangi biaya perawatan, dan meningkatkan kualitas generasi penerus.
- PASI (Pengganti ASI): Digunakan jika ASI tidak memungkinkan. Susu formula dibagi menjadi dua, yaitu formula awal (0-6 bulan) dan formula lanjutan (6-12 bulan), disesuaikan dengan kebutuhan pencernaan bayi.
- Formula Awal atau Formula 1: Mengandung zat gizi yang lengkap dan aman diberikan pada bayi baru lahir karena sudah disesuaikan dengan ASI.
- Komposisi Susu Formula: Terdiri dari lemak, protein, karbohidrat, mineral, vitamin, dan energi yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
- Formula Lanjutan: Untuk bayi usia 6 bulan ke atas, disesuaikan dengan pertumbuhan dan aktivitas fisik bayi.
- MP-ASI (Makanan Pendamping ASI): Diberikan setelah bayi berusia 6 bulan untuk melengkapi kebutuhan gizi yang tidak lagi dipenuhi oleh ASI.
- Bentuk-bentuk Makanan Bayi: Disesuaikan dengan usia bayi, mulai dari makanan cair, makanan saring, hingga makanan keluarga.
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Nutrisi ibu menyusui sangat penting karena memengaruhi produksi ASI yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Jika ASI diberikan dengan baik, berat badan bayi akan meningkat, kulit akan baik, tonus otot terjaga, dan kebiasaan makan memuaskan. Ibu menyusui perlu menjaga nutrisinya untuk memastikan ASI berkualitas dan mencukupi kebutuhan bayi, sambil memperhatikan makanan yang harus dihindari.
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, baik yang sudah bersuami maupun belum. Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan ASI dari payudara ibu, menggunakan refleks menghisap bayi. ASI menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan dan tumbuh kembang bayi pada awal kehidupan, dan bayi 0-6 bulan dianjurkan hanya mengkonsumsi ASI eksklusif. Pola makan ibu menyusui tidak terlalu ketat, tetapi harus menjamin pembentukan ASI berkualitas dalam jumlah yang cukup. Menu ibu menyusui harus seimbang, sesuai ketentuan, bebas pantangan kecuali ada alergi, mudah dicerna, dan tidak merangsang pencernaan.
Secara umum, kebutuhan gizi pada ibu menyusui dapat diringkas sebagai berikut:
- Energi: Kebutuhan energi meningkat sekitar 500-600 kcal per hari selama tahun pertama menyusui. Ini diperlukan untuk cadangan lemak, pertumbuhan payudara, pertumbuhan bayi, dan meningkatkan BMR (Basal Metabolic Rate). Perhitungan kebutuhan kalori dapat menggunakan formula Harris-Benedict.
- Protein: Tambahan protein sekitar 17-20 g per hari diperlukan untuk mendukung pertumbuhan payudara dan pembentukan ASI, total sekitar 67-70 g per hari.
- Lemak: Asam lemak esensial penting untuk pertumbuhan payudara dan sintesis prostaglandin. Kebutuhan lemak sekitar 25-30% dari total kalori harian.
- Karbohidrat: Kebutuhan karbohidrat dapat dihitung setelah memperhitungkan lemak dan protein. Penting untuk memilih karbohidrat rendah glikemik load, terutama jika ibu memiliki gangguan metabolisme seperti diabetes.
Mikronutrien:
- Asam folat: Penting untuk sintesis DNA dan sangat dibutuhkan selama menyusui. Defisiensi folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik.
- Asam askorbat (Vitamin C): Tambahan sekitar 10 mg/hari direkomendasikan untuk meningkatkan volume ASI dan meningkatkan absorbsi besi.
Pengaturan gizi yang baik pada ibu menyusui membantu memastikan produksi ASI yang cukup dan berkualitas untuk mendukung pertumbuhan bayi secara optimal.
Secara ringkas, prinsip-prinsip pemberian makanan bagi ibu menyusui adalah:
- Tidak ada pantangan makanan secara umum, tetapi perhatikan efek perubahan rasa ASI setelah mengonsumsi beberapa makanan.
- Syarat-syarat bagi ibu menyusui meliputi menu seimbang, minum 8-12 gelas air per hari, menghindari makanan terlalu bumbu, terlalu panas/dingin, dan alkohol, serta memperbanyak konsumsi sayuran berwarna.
- Makanan dan minuman yang perlu dihindari termasuk alkohol, ikan besar yang mengandung mercury, kafein, makanan yang mengiritasi saluran pencernaan, makanan penyebab alergi, dan dedaunan seperti pepermint dan peterseli yang dapat mengurangi produksi ASI.
- Memperhatikan asupan makanan dan minuman yang tepat membantu menjaga kesehatan dan pertumbuhan optimal bayi.
Secara ringkas, masalah gizi pada ibu menyusui terkait dengan asupan makanan yang dapat menyebabkan defisiensi zat gizi tertentu. Beberapa masalah yang sering terjadi meliputi:
- Anemia akibat kekurangan zat besi dan asam folat, disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya makanan sumber zat besi yang cukup mudah diserap tubuh dan rendahnya asupan folat.
- Kekurangan vitamin A, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan pada ibu dan bayi. Suplementasi vitamin A dapat membantu mencegah risiko buta senja pada ibu.
- Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), yang dapat mempengaruhi perkembangan otak dan sistem saraf bayi. Asupan yodium yang cukup dari makanan laut atau garam yang diperkaya yodium sangat penting untuk ibu menyusui.
- Kurangnya energi protein, yang dapat mempengaruhi pemulihan pasca melahirkan dan kualitas ASI.
Memastikan asupan makanan yang seimbang dan mencukupi dapat mengurangi risiko masalah gizi ini pada ibu menyusui.
GIZI BALITA
Anak balita, yang usianya di atas satu tahun, dikenal juga sebagai anak di bawah lima tahun. Masa ini terbagi menjadi dua kelompok besar: batita (usia 1-3 tahun) dan prasekolah (3-5 tahun). Pada usia 1-3 tahun, anak masih sangat tergantung pada orang tua atau pengasuh untuk kegiatan penting seperti mandi dan makan. Ketika memasuki usia 4 tahun, anak-anak mulai menjadi lebih mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari, meskipun masih dalam batasan yang terbatas.
Periode ini sering kali membuat orang tua "gelisah" karena pertumbuhan fisiknya tidak secepat masa bayi. Peningkatan berat badan anak balita tidak secepat masa bayi, yang dapat menimbulkan kekhawatiran pada orang tua atau pengasuh.
Selama masa ini, proporsi tubuh anak mulai berubah, dengan pertumbuhan kepala yang melambat dibandingkan sebelumnya, pertumbuhan tungkai yang memanjang mendekati bentuk dewasa, serta perkembangan ukuran dan fungsi organ dalam. Pemenuhan gizi menjadi sangat penting dalam memengaruhi kondisi ini.
Masalah gizi pada balita meliputi beberapa hal sebagai berikut:
- KEP (Kurang Energi Protein) atau Protein Energy Malnutrition adalah kondisi di mana anak kekurangan energi dan protein dalam makanan sehari-hari, tidak mencapai Angka Kecukupan Gizi (AKG). Anak dikategorikan KEP jika berat badannya kurang dari 80% dari indeks berat badan menurut usia (BB/U) WHO-NCHS. KEP dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan karena kekurangan energi dan protein dalam proporsi yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh faktor seperti kebersihan pribadi dan lingkungan serta infeksi.
- Obesitas terjadi jika anak terlalu sering makan dalam porsi besar tanpa aktivitas fisik yang seimbang. Dampaknya bisa berisiko terkena penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan masalah ortopedik. Pengendalian pola makan yang seimbang dan aktivitas fisik yang cukup adalah kunci untuk mencegah obesitas pada anak.
- Kurangnya Vitamin A dapat menyebabkan xeropthalmia, yang merupakan kondisi kekeringan pada mata. Vitamin A penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit seperti campak dan diare. Suplementasi dan konsumsi makanan yang kaya vitamin A seperti sayuran dan buah-buahan dapat membantu mencegahnya.
- Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dapat menyebabkan gondok dan gangguan mental pada anak. Iodium penting untuk fungsi tiroid dan perkembangan fisik dan mental anak.
- Anemia Zat Besi disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam makanan, yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Anemia dapat menyebabkan anak menjadi lemah dan pucat. Meningkatkan asupan zat besi dan mengombinasikannya dengan vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi oleh tubuh.
Memastikan asupan gizi yang cukup dan seimbang serta lingkungan yang bersih sangat penting untuk mencegah masalah gizi pada balita.
Faktor lingkungan dan keluarga berperan penting dalam kebiasaan makan anak balita. Preferensi makanan balita mencerminkan lingkungan tempatnya tumbuh. Teladan baik dalam pola makan dari lingkungan dan keluarga akan memberikan dampak positif pada anak. Media massa, baik elektronik maupun cetak, mempengaruhi asupan makan anak dengan mudahnya akses informasi dan paparan iklan. Pendampingan dalam mengonsumsi berita dan iklan makanan perlu diperhatikan untuk anak. Pengaruh teman sebaya sangat besar terhadap kebiasaan makan anak. Kesenangan makan teman bisa saling mempengaruhi antara mereka, sehingga edukasi yang sesuai dengan usia perlu dilakukan untuk mengatasi hal ini.
Kondisi kesehatan dan penyakit yang dialami anak tidak bisa diabaikan dalam mengatur asupan makan balita. Kondisi kesehatan yang kurang baik akan mempengaruhi selera makan anak, sehingga perhatian khusus diperlukan untuk mencegah masalah gizi.
Pada masa balita, kebutuhan nutrisi anak tetap menjadi prioritas utama meskipun pertumbuhannya tidak secepat masa bayi. Nutrisi berperan penting dalam perkembangan anak, terutama saat mereka mulai memasuki fase mengonsumsi makanan padat dengan rasa dan tekstur baru.
Kebutuhan nutrisi balita dipengaruhi oleh usia, ukuran tubuh, dan tingkat aktivitasnya. Secara umum, kebutuhan nutrisi balita mencakup:
- Energi: Biasanya sekitar 1.000 hingga 1.400 kalori per hari.
- Kalsium: Diperlukan sekitar 500 mg per hari.
- Zat besi: Anak balita membutuhkan sekitar 7 mg per hari.
- Vitamin C dan D.
Pertumbuhan tubuh anak, seperti struktur tulang, otot, peredaran darah, dan jaringan otak, sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang mencukupi. Pada usia 2 tahun, anak-anak mengalami pembentukan tulang (osifikasi) yang memerlukan vitamin dan mineral dari makanan. Air juga merupakan komponen utama dalam tubuh manusia, termasuk anak-anak. Keseimbangan asupan air perlu dijaga, karena kekurangan atau kelebihan air dapat menimbulkan masalah kesehatan, terutama pada kondisi seperti penyakit ginjal dan gagal jantung. Penting untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dan seimbang sesuai dengan kebutuhan perkembangan mereka.
Prinsip pemberian makanan untuk anak balita mencakup beberapa hal penting:
Jadwal makan harus teratur dan terencana, termasuk waktu makan utama dan camilan. Maksimal waktu makan adalah 30 menit, dan jika anak mulai kehilangan fokus, pemberian makan sebaiknya dihentikan. Di antara waktu makan, anak hanya boleh mengonsumsi air putih dalam jumlah yang tidak berlebihan.
Lingkungan saat makan harus netral tanpa paksaan atau hukuman, bahkan jika anak hanya makan sedikit. Hindari memberikan makanan sebagai hadiah karena hal ini dapat mempengaruhi persepsi anak terhadap makanan dan membuatnya lebih nyaman saat makan. Anak sebaiknya diberi kesempatan untuk menikmati makanannya tanpa gangguan seperti bermain atau menonton televisi.
Orang tua atau pengasuh harus memberikan teladan dalam menciptakan pola makan yang baik. Anak akan belajar pola makan yang sehat melalui contoh dan keterlibatan orang tua dalam aktivitas makan. Kebiasaan makan yang diinginkan sebaiknya menjadi bagian dari kesepakatan yang didefinisikan bersama anak, dengan menjelaskan alasan-alasan di balik kebiasaan tersebut, termasuk untuk menjaga kesehatan tubuh anak.
GIZI ANAK SEKOLAH
Anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) biasanya berusia antara 7-15 tahun, tetapi di Indonesia umumnya antara 7-12 tahun. Ini adalah masa di mana anak mengembangkan kemandirian dan menetapkan norma-norma pribadi. Masa ini juga menandai variasi individu dalam pertumbuhan, aktivitas, kebutuhan gizi, perkembangan kepribadian, dan pola makan.
Anak sekolah memiliki fisik yang kuat, bersifat individual, aktif, dan mandiri dari orang tua. Ini sering dianggap sebagai masa tenang atau latent, di mana pengalaman sebelumnya membentuk dasar untuk masa depan. Sekolah menjadi pengalaman inti di mana anak mulai bertanggung jawab atas perilakunya dalam hubungan dengan orang tua, teman sebaya, dan orang lain.
Di masa ini, anak-anak mengembangkan keterampilan sosial, belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dan menghadapi tuntutan baru dari lingkungan. Mereka juga mengembangkan keterampilan fisik, sosial, akademik, dan moral, serta membangun pemahaman tentang diri sendiri dan nilai-nilai sosial.
Masalah gizi yang umum pada anak sekolah, seperti anak SD, meliputi Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), dan Kurang Vitamin A. KEP terjadi saat anak kekurangan energi dan protein, menyebabkan lemah dan kesulitan konsentrasi belajar. Anemia Gizi Besi terjadi akibat kurangnya kadar hemoglobin dalam darah, membuat anak lesu dan mengurangi daya serap otak. GAKY disebabkan oleh kekurangan yodium dalam makanan, membuat anak lamban dalam belajar. Kurang Vitamin A menyebabkan penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan berpengaruh pada penglihatan.
Kebutuhan energi dan zat gizi pada anak sekolah, seperti anak SD, sangat penting untuk mendukung kesehatan dan aktivitas fisik mereka. Angka Kecukupan Gizi (AKG) menyarankan jumlah energi dan zat gizi yang diperlukan berdasarkan usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas fisik. Anak sekolah membutuhkan sekitar 1850-2100 kalori per hari. Mereka juga memerlukan protein untuk pertumbuhan, lemak untuk sumber energi, karbohidrat sebagai sumber utama energi, serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral untuk berbagai fungsi tubuh. Asupan cairan juga krusial, dengan kebutuhan rata-rata sekitar 1 ml per kalori per jam.
Prinsip pemberian makanan anak sekolah adalah memastikan makanan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah. Waktu makan yang baik adalah 3 kali sehari untuk makan utama dan 2 kali sehari untuk selingan, untuk membentuk kebiasaan makan yang baik. Hal ini diharapkan dapat mencegah masalah gizi seperti kekurangan atau kelebihan berat badan. Vitamin dan mineral diperoleh dari sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan, sementara kalsium dari susu, ikan, dan kacang-kacangan, serta zat besi dari daging, ayam, dan ikan. Perhatian terhadap aktivitas dan kebersihan lingkungan juga penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
GIZI REMAJA
Masalah gizi pada remaja dapat terjadi dalam beberapa bentuk:
- Gangguan Makan: Meliputi bulimia nervosa dan anoreksia, yang disebabkan oleh obsesi untuk membentuk tubuh langsing. Gejalanya termasuk kontrol ketat terhadap asupan makanan, penurunan berat badan drastis, dan gangguan hormonal seperti tidak menstruasi.
- Obesitas: Meskipun kebutuhan energi dan zat gizi lebih besar pada remaja, beberapa mengalami obesitas karena pola makan berlebihan. Pengaturan makan dan olahraga aktif dianjurkan untuk mengontrol berat badan, dengan diet tinggi serat untuk menurunkan berat badan.
- Kurang Energi Kronis: Terjadi karena makanan yang tidak mencukupi, tidak hanya karena aktivitas fisik yang berlebihan. Remaja perempuan sering mengalami ini akibat tekanan emosional terkait penampilan fisik.
- Anemia: Kekurangan zat besi umum terjadi pada remaja perempuan, yang penting untuk pembentukan sel darah merah dan transportasi oksigen dalam tubuh. Konsumsi makanan kaya zat besi seperti daging dan sayuran bersama vitamin C membantu penyerapannya.
Penanganan masalah gizi pada remaja melibatkan pemahaman dan praktik pola makan seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan kondisi biologis. Variasi makanan dan gaya hidup sehat seperti olahraga rutin serta menjaga kebersihan diri juga penting untuk mendukung kesehatan optimal.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada remaja meliputi aktivitas fisik, lingkungan, pengobatan, depresi, kondisi mental, penyakit, dan stres. Kecukupan gizi remaja dapat dipenuhi dengan pola makan yang beragam dan seimbang, dengan modifikasi menu yang memperhatikan kebutuhan gizi pada usia ini. Hal ini penting untuk mendukung konsentrasi belajar, aktivitas fisik, sosialisasi, kesempurnaan fisik, kematangan fungsi seksual, dan pencapaian bentuk dewasa.
Pada usia remaja, tubuh memerlukan zat gizi baik untuk pertumbuhan fisik maupun perkembangan organ, terutama organ seksual. Kebutuhan ini meliputi zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak, dan protein, serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Jumlah kebutuhan zat gizi untuk remaja telah ditetapkan dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2013) berdasarkan berat badan, tinggi badan, dan usia. Pola makan yang tepat setiap hari penting untuk memenuhi kebutuhan ini dan mendukung fungsi normal tubuh.
GIZI ORANG DEWASA
Usia dewasa (19—55 tahun) adalah periode hidup yang produktif dan beragam. Kebutuhan gizi pada usia ini berubah sesuai dengan kelompok usia, yaitu dewasa muda (19 – 29 tahun), usia tengah (30 – 49 tahun), dan setengah tua (> 50 tahun). Gizi pada usia dewasa berperan penting dalam pencegahan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup yang sehat. Pemilihan makanan yang bijak dapat mendukung kesehatan fisik, emosional, dan mental serta membantu dalam pencegahan penyakit serta memperlambat proses penuaan.
Masalah gizi pada usia dewasa adalah permasalahan yang beragam, dimulai dari risiko kekurangan gizi hingga masalah gizi lebih. Usia dewasa, terutama dewasa muda, rentan terhadap asupan makanan berlebih, gaya hidup yang kurang sehat, tekanan sosial, dan stres akibat pekerjaan. Organ reproduksi telah matang, namun perubahan metabolisme dan pola makan yang tidak seimbang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti kurang gizi, anemia, dan gizi lebih.
Anemia pada perempuan usia subur sering terjadi akibat kehilangan darah selama menstruasi, sehingga mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Di sisi lain, gizi lebih sering terjadi karena konsumsi makanan tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik, yang dapat menyebabkan obesitas dan meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan kanker.
Masalah kesehatan umum pada usia dewasa meliputi hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes tipe 2, dan kanker, yang sering kali terkait dengan gaya hidup tidak sehat dan proses penuaan. Selain itu, perempuan menghadapi tantangan khusus seperti menopause, yang dapat menyebabkan gejala fisik dan psikis seperti hot flashes, mudah tersinggung, dan gangguan tidur.
Pentingnya memilih makanan dengan bijak dan menjaga gaya hidup sehat sangat ditekankan pada usia dewasa untuk mengurangi risiko penyakit degeneratif dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi pada usia dewasa meliputi:
- Perubahan Fisiologis dan Psikologis Usia Dewasa: Usia dewasa ditandai dengan pertumbuhan tubuh yang telah berhenti dan keseimbangan statis yang stabil. Metabolisme tubuh terjadi dalam keseimbangan dinamis, di mana pemecahan protein tubuh melebihi sintesisnya, mempengaruhi kondisi keseimbangan metabolic.
- Komposisi Tubuh: Komposisi tubuh dewasa bervariasi berdasarkan jenis kelamin, berat badan, dan usia. Massa tubuh tanpa lemak (LBM) aktif metaboliknya lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan, sedangkan kompartemen lemak lebih besar pada perempuan. Orang dewasa gemuk cenderung memiliki lemak tubuh lebih banyak dibandingkan dengan yang lebih aktif secara fisik.
- Pematangan Fisiologis: Pada usia dewasa, fungsi tubuh telah matang secara seksual dan reproduksi. Pada laki-laki, kemampuan reproduksi bisa berlanjut hingga usia setengah tua, sementara pada perempuan, masa reproduksi berakhir setelah menopause sekitar usia 50 tahun.
- Pematangan Psikososial: Perkembangan psikososial pada usia dewasa melibatkan perubahan dalam kemampuan dan pemenuhan kebutuhan individu. Aspek psikososial ini juga berhubungan dengan pola makan dan pemenuhan kebutuhan gizi untuk menjaga keseimbangan fisik dan psikologis seseorang.
Individu yang superaktif memerlukan energi lebih tinggi daripada individu biasa, dengan kebutuhan energi laki-laki lebih besar daripada perempuan dan berbeda sesuai usia. Kebutuhan energi cenderung berkurang seiring bertambahnya usia karena penurunan metabolisme basal. Asupan makanan harus disesuaikan dengan kebutuhan energi harian untuk menjaga keseimbangan kalori.
Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air merupakan komponen penting dalam diet yang mempengaruhi keseimbangan energi dan berbagai proses metabolisme tubuh. Karbohidrat menyediakan glukosa sebagai sumber energi utama, sedangkan lemak penting untuk penyerapan vitamin larut lemak dan mempertahankan berat badan. Protein adalah zat pembangun utama tubuh, sementara vitamin, mineral, dan air mendukung proses metabolisme dan keseimbangan cairan tubuh.
Semua ini penting untuk memastikan tubuh mendapatkan nutrisi yang cukup sesuai dengan kebutuhan harian dan kondisi fisik individu.
prinsip pemberian makanan pada kelompok dewasa dapat diringkas sebagai berikut:
- Variasi Makanan: Perhatikan ragam makanan harian dengan jenis makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, dan buah. Sesuaikan dengan umur dan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat dan serat serta mengontrol asupan gula, garam, dan lemak.
- Pengaturan Makanan: Batasi konsumsi makanan berlemak, manis, dan tepung-tepungan. Tingkatkan serat dengan buah, sayuran, dan kacang-kacangan. Perhatikan label makanan kemasan untuk mengontrol zat gizi yang dikonsumsi.
- Kebutuhan Air: Minum 2-3 liter air per hari, tergantung pada aktivitas fisik dan faktor lainnya, untuk mendukung metabolisme, transportasi zat gizi, dan fungsi tubuh lainnya.
- Batasi Gula dan Garam: Batasi konsumsi gula maksimal 30 gr/hari dan garam maksimal 5 gr/hari untuk mengurangi risiko kesehatan di masa mendatang.
- Pola Hidup Bersih dan Sehat: Jaga kebersihan diri dengan mencuci tangan secara teratur, hindari lingkungan yang kotor atau terpolusi.
- Aktivitas Fisik: Lakukan aktivitas fisik minimal 5 kali seminggu selama 30-60 menit untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit seperti diabetes dan hipertensi.
- Pemantauan Berat Badan: Gunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk memantau berat badan ideal, yang penting untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan hipertensi.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, seseorang dapat mempertahankan kesehatan tubuh yang optimal selama dewasa.
Komentar
Posting Komentar